Welcome to kopri PMII

KOPRI PMII



PENDAHULUAN

Sejarah telah mencatat bahwa kaum perempuan telah mengalami kenyataan pahit dari zaman dahulu hingga sekarang ini. Mereka  menganggap sebagai kaum yang tidak berdaya, lemah dan selalu menjadi yang ke-2. Berbagai bentuk deskriminasi dan perlakuan yang tidak adil diterima kaum perempuan. Kaum perempuan kemudian memcoba berjuang untuk mendapatkan haknya sebagai manusia. Mulai dari hal kecil yaitu deskriminasi di lingkungan hingga berbagai masalah lainnya seperti hak politik, permasalahan ekonomi dan isu lainnya. 
Dalam perjalanan sejarah bangsa, gerakan perempuan mewarnai perjuangan berdirinya bangsa Indonesia. Beberapa tokoh perempuan berada di garis depan perjuangan melawan penjajah. Misalnya, seperti halnya di Aceh ada Cut Nya Dien (komandan perang Aceh) dilanjutkan perjuangan Cut Mutia. Selain itu, ada juga R.A Kartini yang kita kenal sebagai tokoh emansipasi perempuan Indonesia. Pada masa mempertahankan kemerdekaan tokoh-tokoh perempuan berpartisipasi dan menyebar di berbagai bidang. Masa orde baru pergerakan perempuan menyelusup diantara instansi-intansi dan mewarnainya dengan isu-isu keperempuanan. Pada masa reformasi hingga saat ini, pergerakan perempuan justru semakin nyata dalam menancapkan kukuhnya di dunia politik.
Gerakan perempuan Indonesia mencatat tanggal 22 Desember adalah sebuah titik awal sebuah gerakan perempuan secara nasional. Gagasan itu dicerna kaum perempuan yang aktif dalam gerakan Kebangkitan Nasional 1908. Gejolak rasa nasionalisme dibulatkan dalam bentuk Sumpah Pemuda tahun 1928, kemudian ditindaklanjuti oleh Kongres Perempuan Indonesia tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini diikuti oleh 30 organisasi perempuan dari seluruh Indonesia. Pada waktu itu resolusi penting yang dideklarasikan adalah “tuntutan terhadap upaya peningkatan kondisi perempuan”. Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI) adalah organisasi perempuan yang paling besar dan paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Adapun gerakan perempuan Indonesia yang berbasis mahasiswa salah satunya yaitu KOPRI (Korps PMII Putri).

SEJARAH KOPRI

Sejarah organisasi yang bernama “Korps PMII Putri” yang disingkat KOPRI mengalami proses yang panjang dan dinamis. KOPRI berdiri pada Kongres III PMII pada tanggal 7 – 11 Februari 1967 di Malang, Jawa Timur dalam bentuk Departemen Keputrian dan lahir bersamaan dengan Mukernas II PMII di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 25 September 1967. Dengan ketua KOPRI Ismi Maryamah BA dan sekretaris Maryamah BA. Semula KOPRI Pusat berkedudukan di Jakarta, kemudian berdasarkan keputusan MUBES I PMII di Garut, Jawa Barat pada tanggal 20-27 Januari 1969, dipindahkan ke Surabaya, Jawa Timur. Musyawarah nasional (MUNAS) KOPRI yang pertama dilaksanakan di Makasar Ujung Pandang pada tanggal 25-30 April 1970, bersamaan dengan pelaksanaan Kongres IV PMII.
Kemudian pada periode 1973-1988 KOPRI bubar. Hal ini disebabkan karena selama periode 1970-1973 PP KOPRI tidak pernah mengadakan kegiatan dan dinilai gagal. Klimaksnya mereka tidak mampu membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pada Kongres V PMII di Ciloto, Jawa Barat tahun 1973. Dengan ketua KOPRI saat itu Adibah Hamid. Pada Kongres V ini tidak ada satu orang pun pengurus PP KOPRI yang hadir, sehingga Kongres mengeluarkan Pernyataan Ciloto yang isinya meminta pengurus KOPRI mengadakan Mubes khusus KOPRI dengan limit waktu 6 bulan.
KOPRI dibentuk kembali pada Kongres IX PMII di Surabaya tahun 1988 dengan ketuanya adalah  Khofifah, sekretaris Ulha Soraya. Pada Kongres XII PMII di Medan Sumatera Utara tahun 2000, KOPRI bubar kembali. Dengan ketua KOPRI saat itu Luluk Hur Hamidah, sekretaris Wahidah Suaeb. KOPRI dibubarkan berdasarkan hasil voting, yang berbeda hanya satu suara. Merasa pengalaman pahit itu terasa, bahwa kader-kader perempuan PMII pasca Kongres di Medan mengalami stagnasi yang berkepanjangan dan tidak menentu, maka oleh sebab itu kader-kader perempuan PMII menganggap perlu dibentuknya wadah kembali, Kongres XIII di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada tanggal 16 – 21 April 2003 sebagai momentum yang tepat untuk memprakarsai adanya wadah, maka terbentuklah POKJA Perempuan dan kemudian lahirlah kembali KOPRI di Jakarta pada tanggal 29 September 2003 dengan ketua KOPRI Winarti dan sekretaris Nina Hunainah pada periode kepengurusan A. Malik Haramain 2003-2005. Karena semakin tajam semangat kader perempuan PMII maka pada kongres di Bogor tanggal 26-31 Mei tahun 2005 terjadi perbedaan kebutuhan maka terjadi voting atas status KOPRI denga suara terbanyak menyatakan KOPRI adalah Otonom sekaligus memilih ketua umum PB KOPRI secara langsung sehingga terpilih dalam kongres sahabati Ai maryati Shalihah.


Ketua Umum KOPRI dari Masa ke Masa (1967 - Sekarang)

1.                             1.       Ismi Maryam BA (1967-1970)
2.       Zalzilah Rahman BA (1971)
3.       Siti Fatimah Bsc ( 1972)
4.       Adibah Hamid (1973)
5.       Wus’ah Suralaga (1973-1977)
6.       Choirunnisa Yafishsham (1977)
7.       Fadilah Suralaga (1977-1981)
8.       Ida Farida (1981)
9.       Lilis Nurul Husna (1981-1984)
10.   Iis Kholilah (1985-1988)
11.   Iriani Suaida (1988)
12.   Dra. Khofifah Indar Parawansa (1988-1991)
13.   Dra. Ulha Soraya (1991)
14.   Jauharoh Haddad (1991-1994)
15.   Diana Mutiah (1994-1997)
16.   Luluk Nur Hamidah ( 1997-2000)
17.   Umi Wahyuni (2000-2003)
18.   Efri Nasution (2003)
19.   Winarti (2003-2005)
20.   Ai’ Maryati Shalihah (2005-2007)
21.   Eem Marhamah (2008-2010)
22.   Irma Muthoharoh (2010-2013)
23.   Ai Rahmayanti (2014-2016)
24.   Septi Rahmawati (2017-2019)
Tag : Sejarah
3 Komentar untuk "KOPRI PMII"

Apa penyebab nama keputrian diganti menjadi kopri

Visi Kopri: Terciptanya masyarakat yang berkeadilan berlandaskan kesetaraan dan menjunjung tinggi nilai² kemanusiaan
Misi Kopri:Mengidioloisasikan keadilan gender dan menkonsolidasikan gerakan perempuan di PMII untuk membangun masyarakat berkeadilan gender.

Setahuku sih kayak gitu.Maap kalo ada yang salah

Back To Top